Sabtu, 21 Maret 2015

Tugas Soft Skill semester 2




Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun 2014

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014, dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02 persen (kumulatif kuartal I-V). Hal itu tidak sesuai dengan target pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 mencapai 5,5 persen.
Sementara itu dibanding periode sama tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh 5,01 persen. PDB dengan perhitungan tahun dasar 2010 ini tercatat mengalami perlambatan. Dengan tahun dasar sama, pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,38 persen, sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,17 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar 5,58 persen, sedangkan pada 2014 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 persen.
Pada tahun 2013 industri pengolahan hanya tumbuh 4,49 persen. Pada 2014 lalu, perdagangan dengan share 13,38 persen mengalami pertumbuhan 4,48 persen. Sementara itu sektor pertanian dengan share sama, tumbuh 4,18 persen.
Pada tahun 2014 perkembangan ekonomi juga di pengaruhi oleh kegiatan politik, seperti peristiwa politik besar yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden.

Pemilu dan Inflasi

Dari tren pemilu tahun 2004 dan tahun 2009, pemilu selalu menyumbang kenaikan harga yang pada akhirnya menyebabkan infasi. Padahal inflasi sangat erat kaitannya dengan kemampuan daya beli masyarakat karena berkaitan dengan kenaikan harga. Apalagi di Indonesia, banyak penduduk yang berada pada kisaran garis kemiskinan sehingga sangat rentan terhadap perubahan harga. Secara teoritis, hal ini dikarenakan banyaknya uang yang beredar karena pengeluaran biaya pemilu ataupun banyaknya permintaan akan barang, baik untuk keperluan administrative maupun kampanye. Namun, melihat data inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan BPS, inflasi pada triwulan ke 4 tahun 2013 sempat melaju sampai dengan puncaknya di bulan Desember (0,55%), namun justru mengalami penurunan pada bulan Januari(1,07%) hingga Maret (0.08%) 2014. Apabila melihat dari data komoditas yang terpengaruh oleh inflasi, komoditas yang mengalami inflasi tinggi berada pada makanan jadi, tembakau, dan rokok. Komoditas bahan makanan pokok justru mengalami penurunan harga sebesar 0,44%.
  

Pemilu dan IHSG

Pada momen pemilu sebelumnya, IHSG seringkali mengalami guncangan. Pada pemilu 2004 IHSG sempat naik, sementara pada pemilu 2009 IHSG justru menurun. Dalam momen pemilu 2014 ini, IHSG sempat menjadi topik hangat pemberitaan karena adanya “Jokowi Effect” yaitu penguatan harga saham pasca penunjukan Jokowi sebagai capres dari PDIP. Rupanya penunjukan Jokowi ini disinyalir oleh para investor sebagai sesuatu yang baik sehingga mereka percaya untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang kemudian membuat IHSG naik. Namun pasca pemilu legislatif, harga saham kembali turun.
Pada momen pemilu 2014, pemilihan presiden dibarengi dengan datangnya bulan Ramadhan. Hal ini patut diwaspadai pemerintah, mengingat pada bulan Ramadhan, pada umumnya harga bahan pokok akan melonjak tinggi. Apalagi bila ditambah dengan momentum pemilu. Maka dari itu, pemerintah sebaiknya mengawasi supply dari komoditas-komoditas yang rentan terhadap kenaikan harga. Sehingga nantinya dampak kenaikannya dapat teratasi. Selain itu dari segi moneter, bank Indonesia dapat merencanakan dan melaksanakan antisipasi dari momen ini yang berupa pengontrolan inflasi melalui tight money policy. Stabilitas ekonomi dan politik juga harus tetap diawasi dan dijaga untuk mempertahankan kondisi perekonomian Indonesia. Jangan sampai, momen pemilu yang seharusnya dapat dinikmati sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap bangsa menjadi boomerang bagi Indonesia.

Sumber: